Ada yang berbeda di halaman SDN Citeureup 06, Jumat pagi 1 Agustus 2025. Suasana yang biasanya diisi rutinitas belajar-mengajar, pagi itu berubah menjadi arena edukasi lingkungan yang hidup dan penuh semangat. Kegiatan Roadshow Sekolah Sampah hadir membawa misi penting: mengenalkan cara pengelolaan sampah kepada anak-anak, langsung dari sumbernya—diri mereka sendiri.
Kepala Sekolah SDN Citeureup 06, Ibu Susmiyati, S.Pd, bersama guru-guru dan seluruh siswa menyambut baik kegiatan ini. “Ini bukan sekadar acara seremonial. Anak-anak terlibat langsung, belajar lewat praktik, dan itu yang paling penting,” ujar beliau saat membuka kegiatan.
Ada dua tema utama yang diangkat dalam roadshow ini:
- “Olah Sampah Organik 1 Detik dengan Biowash Promic”
- “Sampahku Tanggung Jawabku”
Dengan narasumber seperti Dadan Ramdhani (Dr. Ponic) dan Dwi Kartika Fitri, ST (Biowash Promic Indonesia), anak-anak diajak melihat langsung proses olah sampah organik secara praktis dan cepat menggunakan Biowash Promic. Di sesi lainnya, Joni Budiyanto dari Sekolah Sampah dan Cucu Mulyati, S.Pd dari SMPN Citeureup 02 memantik diskusi sederhana namun menyentuh: “Apa yang terjadi jika sampah tak diurus? Siapa yang harus bertanggung jawab?”
Satu per satu siswa mulai berani angkat tangan, menyuarakan pendapat, bahkan memberi solusi. Energi itu terasa nyata—bahwa perubahan memang bisa dimulai dari sekolah dasar.

Kegiatan ini juga mendapat dukungan dari CSR Indocement, sebagai bagian dari komitmen mereka terhadap pengembangan masyarakat dan pelestarian lingkungan. Fajar Sultoni, perwakilan CSR Indocement, hadir langsung dan menyampaikan antusiasmenya. “Kami sangat gembira bisa ikut ambil bagian dalam kegiatan yang sangat berdampak seperti ini. Edukasi lingkungan harus dimulai sejak dini, dan SDN Citeureup 06 hari ini membuktikan itu.”

Yang menarik, kegiatan ini juga didampingi oleh mahasiswa KKN dari UIKA Bogor. Mereka ikut terlibat aktif, berbaur dengan siswa dan tim pelaksana, sekaligus menjadi jembatan antara dunia akademik dan praktik sosial di masyarakat.

Seusai kegiatan, Komite Sekolah yang didominasi Ibu rumah tangga masih tampak semangat berdiskusi sambil memegang alat praktik dan bahan edukasi yang diberikan. Ada harapan yang tumbuh di antara tumpukan kulit buah yang tak lagi dibuang sembarangan.
Mungkin hari itu tak akan langsung mengubah dunia. Tapi dari SDN Citeureup 06, satu langkah kecil sudah diambil. Dan sesuai tagline : “Sekolah Sampah—Langkah Kecil, Dampak Besar.” (Abu Rifki)
