
Citeureup, Kabupaten Bogor — Sekolah Sampah di Desa Tarikolot mendapat kunjungan istimewa dari Kepala Bidang Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bogor dan Kepala Desa Tarikolot. Kunjungan ini menjadi bukti nyata dukungan pemerintah terhadap gerakan masyarakat dalam mengelola sampah secara mandiri dan produktif.
Tempat edukasi lingkungan yang difasilitasi oleh Pimpinan Anak Cabang (PAC) LDII ini menjadi kebanggaan tersendiri bagi warga Tarikolot. Ir. Yatman Erwadi, selaku Pimpinan Cabang LDII, menegaskan bahwa kehadiran Sekolah Sampah merupakan wujud keprihatinan terhadap permasalahan sampah di Kabupaten Bogor, khususnya di Kecamatan Citeureup.
“Citeureup punya slogan ‘di hareup’ — di depan, jadi semangatnya harus di depan juga dalam urusan peduli sampah. Kita mulai dari sini, dari aksi nyata, bukan sekadar wacana,” ujar Yatman.
Ia juga menjelaskan bahwa LDII memiliki delapan klaster pembinaan yang selaras dengan program Asta Cita pemerintah, yakni kebangsaan, dakwah, pendidikan, ekonomi syariah, kesehatan herbal, ketahanan pangan dan lingkungan, teknologi digital, serta energi baru terbarukan. “Gerakan peduli sampah ini termasuk dalam bagian ketahanan lingkungan, salah satu fokus utama LDII,” tambahnya.
Sementara itu, Kepala Desa Tarikolot menegaskan keseriusannya dalam mencari solusi pengolahan sampah yang berdaya guna. “Kami ingin bukan hanya mengelola, tapi juga memanfaatkan sampah agar produktif, punya nilai ekonomi dan manfaat bagi masyarakat,” katanya.
Kabid DLH Kabupaten Bogor yang hadir dalam kegiatan tersebut juga menekankan pentingnya kolaborasi antara pemerintah, komunitas, dan masyarakat dalam menangani persoalan sampah. Ia mengapresiasi keberadaan Sekolah Sampah sebagai contoh nyata pendidikan lingkungan berbasis masyarakat. “DLH akan terus merangkul relawan dan komunitas seperti ini agar gerakan peduli sampah semakin masif,” ujarnya.
Acara kunjungan ini ditutup dengan kegiatan panen cabai di lahan produktif Sekolah Sampah yang turut diikuti oleh Ibu Kepala Desa. Suasana hangat dan penuh semangat gotong royong menjadi penanda bahwa kepedulian terhadap lingkungan kini mulai tumbuh kuat di tengah masyarakat Tarikolot.
Sekolah Sampah Tarikolot bukan sekadar tempat belajar tentang sampah, tetapi juga simbol perubahan — bahwa kepedulian, edukasi, dan aksi nyata bisa berjalan berdampingan untuk masa depan lingkungan yang lebih baik. (Abu Rifki)
